Ps: Artikel nie di petik dari forum asyraff.
Salam…
Pertama sekali, ana bukanlah orang yang alim dan arif…..
sebetulnya ana masih mentah dan banyak yang perlu dipelajari, sebagai sadah alawiyyin, ana berwajib untuk belajar, mengikuti dan ‘berusaha’ untuk membawa diri ini untuk mengikut perjalanan para salaf kami, beusaha menempuh jalan para leluhur kami, “gadaman ‘ala gadamin bi jiddin auza’i”
Dengan kelemahan yang ada pada ana, ana hanya ingin petik sedikit dari leluhur kami Al-Arifbillah Al-Qutb Al-Habib Abdullah bin Alawi Al-Haddad, dalam tulisannya di dalam Risalatul Mu’awanah menjelaskan sedikit ‘permasalahan’ enta. Beliau menulis:
“Perbaiki dan lurusakanlah aqidahmu dengan berpegang pada manhaj (jalan) al-firqah an-najiyah (golongan yang selamat) yang dalam islam dikenal dengan nama Ahlussunnah Wal Jama’ah. Ahlussunnah Wal Jama’ah adalah orang yang berpegang teguh pada ajaran Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa alihi wa shahbihi wa sallam dan para sahabatnya. Jika kamu teliti al-kitab (Al-Quran) dan As-Sunnah – yang berisi ilmu-ilmu keimanan – dengan pemahaman yang benar dan hati yang bersih (salim), serta kamu pelajari perjalanan hidup para salaf yang saleh dari kalangan sahabat dan tabi’in, maka kamu akan mengetahui secara yakin bahawa kebenaran ada pada golongan Al-Asy’ariyyah yang dinisbatkan kepada Syeikh Abil Hassan Al-Asy’ari rahimahullah. Beliau telah menyusun aqidah ahlil haq beserta dalil-dalilnya. Itulah aqidah yang diakui oleh para sahabat dan tabi’in. Itulah aqidah ahlil haq di setiap zaman dan tempat. Itulah aqidah seluruh kaum sufi, sebagaimana disebutkan oleh Abul Qasim al-Qusyairi pada bagian awal bukunya: Ar-Risalah.
Alhamdulillah, itulah aqidah kami dan saudara-saudara kami para sadah al-Husaini yang dikenal dengan sebutan Al Abi Alawi (Bani Alawi). Itulah juga aqidah salaf kami (leluhur kami), mulai dari zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa alihi wa shahbihi wa sallam hingga saat ini.
Imam Al-Muhajir ilallah, Sayyidi Ahmad bin Isa bin Muhammad bin Ali bin Al-Imam Ja’afar Ash-Shadiq radhiyallahu ‘anhu, kakek para Sadah Husaini tersebut, ketika melihat munculnya berbagai bentuk bid’ah, gelora hawa nafsu dan pertentangan pendapat di Irak, maka beliau segera hijrah meninggalkan Irak. Beliau nafa’allahu ta’ala bih selalu berpindah-pindah dari satu daerah ke daerah lain sampai akhirnya tiba di Hadramaut dan menetap di sana hingga akhir hayatnya. Allah memberkati keturunannya, sehingga sangat banyak dari mereka yang dikenal kerana ilmu, ibadah, keewalian dan makrifatnya. Berkat niat Al-Imam Al-Mu’taman ini dan hijrah beliau dari tempat-tempat yang penuh fitnah, maka tidak terjadi pada mereka (anak cucunya) apa yang terjadi pada sejumlah ahlil bait lainnya yang mengikuti berbagai bid’ah dan hawa nafsu yang menyesatkan. Semoga Allah membalas kebaikan beliau kepada kami dengan sebaik-baik balasan yang diberikan kepada seorang ayah atas jasanya terhadap putra-putranya. Semoga Allah meninggikan derajat beliau di surga bersama orang-orang tuanya yang mulia, dan mempertemukan kita dengan mereka dalam keadaaan selamat, tidak berubah (aqidah) dan tidak terfitnah. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih dari semua yang berjiwa kasih. Di samping itu, Aqidah Maturidiyah dalam hal ini sama dengan Madzhab Asy’ariyah tersebut di atas.
Pertama, ana yakin dengan aqidah Asy’ariyah kerna Syeikh Abil Hassan Asy’ari dan Syeikh Abu Mansur Al-Maturidi hidup pada zaman tabi’in, yakni zaman terbaik selepas zaman Rasulillah dan sahabat, aqidah yang mereka susun, yakni asasnya SIFAT 20, ilmu aqidah yang bisa dan wajib dipegang oleh ahlussunnah wal jama’ah,
Dan paling mudahnya, ana mengikut pesanan, saranan dari leluhur kami, juga ahlulbayt yang alim lagi arif seorang wali qutb, Al-Habib Abdullah bin Alawi Al-Haddad, di mana dalam syairnya,pada bait;
(untuk memperoleh semua kebaikan itu) maka perbaikilah keyakinanmu,
kerana sesungguhnya jika keyakinan sempurna,
tanpa keraguan yang ghaib akan tampak nyata,
dan jadikanlah Asy’ari sebagai aqidahmu,
kerana ia telaga yang jernih,
yang jauh dari penyimpangan dan kekufuran,
(Abdullah bin Alawi Al-Haddad, “Ad-Durrul Mandzum li Dzawil ‘Uqul wal Fuhum”)
Jadi, jika ada pendapat yang ‘lebih’ baik dari salah seorang dari ahlulbayt yang benar-benar mengikuti kakeknya Rasullullah saw, seperti Imamul Haddad….silakan…beri pendapat…kita tengok gimana…
Mungkin ana tidak “memperkenalkan” siapa Syeikh Abil Hassan Al-Asy’ari, dan Syeikh Abu Mansur Al-Maturidi, tapi leluhur kami dah “jelas” suruh kami ikut, kerana kami ahlilbayt jika mau berjaya, tempuhlah jalan para salafussoleh, para salaf kami yang terus bersambung kepada Rasulullah saw…
Al-Arifbillah Al-Qutb Abu Bakar B Muhammad Assegaf di pengajian beliau tidak pernah bosan menganjurkan mereka yang hadir, agar menempuh jalan itu gadaman ‘ala gadamin bi jiddin auza’i.
Kami ahlulbayt mengikut pesan dan saran leluhur kami, dan kami tidak sedikitpun ingin berpaling daripadanya, wallahua’lam…
Di hantar oleh:
[ Last edited by Muhd_Banahsan at 25-4-2008 05:40 AM ]
http://forum.asyraaf.net/viewthread.php?tid=1197&extra=&page=4
kak e said,
Mei 2, 2008 @ 9:00 am
Salam… Ketika berjalan-jalan singgah di blog siapa saja, tersinggah di sini pula 😀 Semoga pagi Jumaat ini akan terus cerah sepanjang hari 🙂
* Banyak n3 yang bagus2 untuk terus dibaca 🙂 tapi tak sempat nak baca semuanya so akan di saved link ini dalam ‘My Fav’ 😉
ilham said,
Mac 25, 2010 @ 11:32 am
KEDUDUKAN SYEIKH AHMAD SHOHIBUL WAFA TAJUL ARIFIN QS. (ABAH ANOM) DALAM PANDANGAN AL IMAM AL ALAMAH AL ARIF BILLAH AS SAYYID SYAIKH MUHAMMAD BIN ‘ALAWI AL-MALIKI AL-HASANI RA
Kisah ini diambil dari majalah nuqthoh terbitan yang no 9 tanggal 26 januari 2010 M, hal 32 dengan judul “Mengenal Abah Anom melalui pandangan batinnya”
MENGAKUI KEMULIAAN ABAH ANOM Kurang dari 40 hari menjelang wafatnya Beliau Sayyid Muhammad Al-Maliki Al-Hasani ra. Salah seorang santrinya asal garut bernama KH. Dodi Firmansyah ditanya oleh almarhum. Kiyai muda asal Garut tersebut terperanjat saat al-‘alamah tersebut menanyakan sosok guru yang telah menanamkan kalimat agung dilubuk hatinya. Lebih terkejut lagi saat Ulama tersebut “tercekat” sewaktu disebutkan nama Syekh Ahmad Shohibul wafa Tajul ‘Arifin. Secara sepontan Beliau menyebutkan bahwa Syekh ahmad Shohibul wafa Tajul ‘Arifin adalah Sulthonul Awliya fi hadza zaman ( RAJANYA PARA WALI JAMAN SEKARANG ) bahkan beliaupun menyebutkan QODDASALLAHU SIRROHU bukan rodliyallohu ‘anhu seperti yang kebanyakan disebutkan oleh para ikhwan. Walaupun secara dhohir Syekh Muhammad Alawy Al-Maliki belum bertemu dengan pangersa Abah namun keduanya telah mengenal di alam ruhani yang tak dibatasi ruang dan waktu.
BIOGRAFI SAYYID MUHAMMAD BIN ‘ALAWI AL-MALIKI RA
Sayyid Prof. Dr. Muhammad ibn Sayyid ‘Alawi ibn Sayyid ‘Abbas ibn Sayyid ‘Abdul ‘Aziz al-Maliki al-Hasani al-Makki al-Asy’ari asy-Syadzili lahir di Makkah pada tahun 1365 H. Pendidikan pertamanya adalah Madrasah Al-Falah, Makkah, dimana ayah beliau Sayyid Alawi bin Abbas al Maliki sebagai guru agama di sekolah tersebut yang juga merangkap sebagai pengajar di halaqah di Haram Makki, dekat Bab As-salam.Ayah beliau, Sayyid Alwi bin Abbas Al-Maliki (kelahiran Makkah th 1328H), seorang alim ulama terkenal dan ternama di kota Makkah.
Sekilas profil KH.Dodi Firmansyah Usianya masih muda kelahiran garut tahun 1978. Sejak usia SMP ia dikenal ahli hikmah sedangkan ketertarikan dalam dunia tasawwuf ia ke Pondok Pesanttren Suryalaya sejak dimulai kelas 4 SD . Kiayi ini pernah di didik langsung oleh almarhum Al-Alamah Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Maliki ra di mekkah selama 6 tahun. Pulang mesantren dari mekkah pada tahun 2006, kiyai ini menikah dengan Hj.Siti Fatimah putrid seorang pengusaha asal tasik Malaya dan dikaruniai putra yang diberinama M.Lutfi L. Makki Majalah Noqthoh hal. 41: Pendapat KH.Dodi tentang sosok Pangersa Abah Anom : Saya tidak bisa mengungkapkannya dengan kata-kata. Cukuplah 2 pendapat Ulama kelas dunia yang mengomentarinya. Pertama ungkapan dari guru saya sendiri di mekkah, yaitu Sayyid Muhammad bin Alawy bin Abbas Al-Maliki Al-Hasani ra. Beliau sendiri yang mengungkapkan bahwa Syekh Ahmad Shohibul wafa Tajul ‘Arifin qs. Adalah Sulthon Awliya fi Hadza Zaman dan kedua Mursyid Kammil Mukammil Thoriqoh Naqsyabandi Al-Haqqani, As-Sayyid Al-‘Alamah Al-‘Arif billah Syekh Mohammad Nazim Adil al-Haqqani, sufi kenamaan dari Cyprus yang menyebutkan Pangersa Abah (Syekh Ahmad Shohibul wafa Tajul ‘Arifin qs) adalah Sufi agung di timur jauh.
Dalam majalah sintoris (Sinar thoriqoh islam) disebutkan As-Sayyid Al-‘Alamah Al-‘Arif billah Syekh Mohammad Nazim Adil al-Haqqani ra mengatakan bahwa Syekh Ahmad Shohibul wafa Tajul ‘Arifin adalah WALI AGUNG DITIMUR JAUH.. hal itu pernah disampaikan juga di kampus oleh KH.Wafiuddin setelah mendampingi syekh Mohammad Nazim Adil al-Haqqani ke P.P.Suryalaya.
ini ada cerita menarik dari Subhan seorang Dosen IAILM Suryalaya pernah berkunjung ke Martapura silaturahmi kepada Wali Mursyid yg masyhur yang di kunjungi para alim ulama Habaib dari belahan dunia As-Sayyid Al-‘Alamah Al-‘Arif billah Syekh Ahmad Zaini Abdul Ghani Al-Idrus yang lebih dikenal dengan Tuan Guru Ijai keturunan Syeikh Muhammad Arsyad bin Abdullah bin Abdur Rahman al-Banjari bin Saiyid Abu Bakar bin Saiyid Abdullah al-’Aidrus bin Saiyid Abu Bakar as-Sakran bin Saiyid Abdur Rahman as-Saqaf bin Saiyid Muhammad Maula ad-Dawilah al-’Aidrus. Tuan Guru Ijai menyebutkan SYEH A. SHOHIBUL WAFA TAJUL ARIFIN ADALAH LAUTAN THORIQOH.
Bagi yang ingin berlangganan majalah tasawuf nuqthoh, sinthoris, atau tabloid tentang tasawuf robithoh.Bisa Hubungi Kiai Ayi abdul Jabbar dengan no. contak 081395124170
ilham said,
Mac 25, 2010 @ 11:34 am
As-Sayyid Al-‘Alamah Al-‘Arif billah Syekh Mohammad Nazim Adil al-Haqqani ra. telah menegaskan : Maka Anda sekalian para hadirin, ambillah Nur Illahi itu dari QOLBU SYEIKH AHMAD SHOHIBUL WAFA TAJUL ARIFIN saat ini. Mumpung beliau masih ada, mumpung beliau masih hadir di tengah kita, SULUTKAN NUR ILLAHI dari QOLBU BELIAU kepada qolbu anda masing-masing.
Di hadapan beliau SAYA TERLALU MALU UNTUK TIDAK MENGAMBIL apa yang ada pada QOLBU BELIAU. Saya malu untuk berbicara hanya dengan apa yang ada pada qolbu saya sendiri.
KH. Wahfiudin adalah murid Syeh Nazim orang kpercayan Syeh bahkan ditunjuk tuk mendampingi menerjemahkan smua ucapan Syeh Nazim Selama berkunjung di Indonesia. KH. Wahfiudin telah menegaskan tidak ada bai’at Abah Anom dengan Syeh Nazim. KH. Wahfiudin merasa perlu mengungkapkan ini semua jangan sampai ada kekeliruan/kesalah pahaman diantara kita semua.
Salam Untuk Wali Mursyid
السَّلَامُ عَلَيْكَ – Salam untukmu —
يَا مَالِكَ الزَّمَانِ wahai penguasa zaman,
وَ يَا إِمَامَ الْمَكَانِ pemimpin wilayah,
وَ يَا قَائِمَ بِأَمْرِ الرَّحْمَانِ penegak ketentuan ar-Rahman,
وَ يَا وَارِثَ الْكِتَابِ pewaris kitab,
وَ يَا نَائِبَ الرَّسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ wakil Rasulullah s.a.w.,
يَا مَنْ مِنَ السَّمَاءِ وَ الْأَرْضِ عَائِدَتُهُ yang selalu pergi pulang antara bumi dan langit,
يَا مَنْ أَهْلَ وَقْتِهِ كُلُّهُمْ عَائِلَتُهُ yang orang-orang sezamannya adalah keluarganya,
يَا مَنْ يُنَـزَّلُ الْغَيْثُ بِدَعْوَتِهِ yang diturunkan pertolongan karena doanya,
وَ يُدَرُّ الضَّرْعُ بِبَرَكَتِهِ – yang dikucurkan limpahan susu karena keberkahannya —
وَ رَحْمَةُ اللهِ وَ بَرَكَاتُهُ – الْفَاتِحَةُ beserta rahmat Allah dan keberkahanNya, al-Fatihah…
ilham said,
April 10, 2010 @ 7:10 pm
ini ada cerita menarik Subhan teman Dosen IAILM Suryalaya pernah berkunjung ke Martapura silaturahmi kepada Wali Mursyid yg masyhur yang di kunjungi para alim ulama Habaib dari belahan Dunia Alimul ‘allamah Al ‘Arif Billah Asy-Syekh H. Muhammad Zaini Abd. Ghani ( Tuan Guru Ijai ) bin Al ‘arif Billah Syekh Abd. Ghani bin Syekh Abd. Manaf bin Syekh Muh. Seman bin Syekh. M, Sa’ad bin Syekh Abdullah bin ‘Alimul ‘allamah Mufti Syekh. M. Khalid bin ‘Alimul ‘allamah Khalifah Syekh. Hasanuddin bin Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari.
Mufti Kesultanan Indragiri Syekh Abd Rahman Shiddiq, berpendapat bahwa Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari adalah keturunan Alawiyyin melalui jalur Sultan Abdurrasyid Mindanao.
Jalur nasabnya ialah Maulana Muhammad Arsyad Al Banjari bin Abdullah bin Abu Bakar bin Sultan Abdurrasyid Mindanao bin Abdullah bin Abu Bakar Al Hindi bin Ahmad Ash Shalaibiyyah bin Husein bin Abdullah bin Syaikh bin Abdullah Al Idrus Al Akbar (datuk seluruh keluarga Al Aidrus) bin Abu Bakar As Sakran bin Abdurrahman As Saqaf bin Muhammad Maula Dawilah bin Ali Maula Ad Dark bin Alwi Al Ghoyyur bin Muhammad Al Faqih Muqaddam bin Ali Faqih Nuruddin bin Muhammad Shahib Mirbath bin Ali Khaliqul Qassam bin Alwi bin Muhammad Maula Shama’ah bin Alawi Abi Sadah bin Ubaidillah bin Imam Ahmad Al Muhajir bin Imam Isa Ar Rumi bin Al Imam Muhammad An Naqib bin Al Imam Ali Uraidhy bin Al Imam Ja’far As Shadiq bin Al Imam Muhammad Al Baqir bin Al Imam Ali Zainal Abidin bin Al Imam Sayyidina Husein bin Al Imam Amirul Mu’minin Ali Karamallah wa Sayyidah Fatimah Az Zahra binti Rasulullah SAW.
Tuan Guru Ijai menyebutkan SYEH A. SHOHIBUL WAFA TAJUL ARIFIN ADALAH LAUTAN THORIQOH.
ilham said,
April 11, 2010 @ 2:03 pm
Subhan seorang Dosen IAILM Suryalaya pernah silaturahmi kepada Tuan Guru Ijai Martapura Kalimantan Selatan. Tuan guru Ijai menyebutkan SYEH A. SHOHIBUL WAFA TAJUL ARIFIN ADALAH LAUTAN THORIQOH..
Tuan Guru Ijai dikenal sebagai seorang Wali Mursyid yg masyhur yang di kunjungi para alim ulama Habaib dari belahan dunia nama lengkapnya Alimul ‘allamah Al ‘Arif Billah Asy-Syekh Muhammad Zaini Abd. Ghani ( Tuan Guru Ijai ) bin Al ‘arif Billah Syekh Abd. Ghani bin Syekh Abd. Manaf bin Syekh Muh. Seman bin Syekh. M, Sa’ad bin Syekh Abdullah bin ‘Alimul ‘allamah Mufti Syekh. M. Khalid bin ‘Alimul ‘allamah Khalifah Syekh. Hasanuddin bin Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari.
Seorang Wali besar Mufti Kesultanan Indragiri Syekh Abd Rahman Shiddiq, berpendapat bahwa Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari adalah keturunan Alawiyyin melalui jalur Sultan Abdurrasyid Mindanao.
Jalur nasabnya ialah Maulana Muhammad Arsyad Al Banjari bin Abdullah bin Abu Bakar bin Sultan Abdurrasyid Mindanao bin Abdullah bin Abu Bakar Al Hindi bin Ahmad Ash Shalaibiyyah bin Husein bin Abdullah bin Syaikh bin Abdullah Al Idrus Al Akbar (datuk seluruh keluarga Al Aidrus) bin Abu Bakar As Sakran bin Abdurrahman As Saqaf bin Muhammad Maula Dawilah bin Ali Maula Ad Dark bin Alwi Al Ghoyyur bin Muhammad Al Faqih Muqaddam bin Ali Faqih Nuruddin bin Muhammad Shahib Mirbath bin Ali Khaliqul Qassam bin Alwi bin Muhammad Maula Shama’ah bin Alawi Abi Sadah bin Ubaidillah bin Imam Ahmad Al Muhajir bin Imam Isa Ar Rumi bin Al Imam Muhammad An Naqib bin Al Imam Ali Uraidhy bin Al Imam Ja’far As Shadiq bin Al Imam Muhammad Al Baqir bin Al Imam Ali Zainal Abidin bin Al Imam Sayyidina Husein bin Al Imam Amirul Mu’minin Ali Karamallah wa Sayyidah Fatimah Az Zahra binti Rasulullah SAW. http://id.wikipedia.org/wiki/Muhammad_Arsyad_al-Banjari_bin_Abdullah_Al_Aidrus.
‘Alimul ‘allamah Al ‘Arif Billah Syekh M. Zaini Abd. Ghani adalah seorang ulama yang menghimpun antara thariqat dan haqiqat, dan beliau seorang yang Hafazh AI-Quran beserta hafazh Tafsirnya, yaitu Tafsir Al-Quran Al-‘Azhim Lil-Imamain Al-Jalalain. Beliau seorang yang “mahfuzh”, yaitu suatu keadaan yang sangat jarang sekali terjadi, kecuali bagi orang orang yang sudah dipilih oleh Allah SWT. beliau tidak pernah ihtilam.
Pada usia 9 tahun di malam jumat beliau bermimpi melihat sebuah kapal besar turun dari langit. Di depan pintu kapal berdiri seorang penjaga dengan jubah putih dan di gaun pintu masuk kapal tertulis “Safinah al-Auliya”. Beliau ingin masuk, tapi dihalau oleh penjaga hingga tersungkur. Beliaupun terbangun. Pada malam jum’at berikutnya, beliau kembali bermimpi hal serupa. Dan pada malam jumat ketiga, beliau kembali bermimpi serupa. Tapi kali ini beliau dipersilahkan masuk dan disambut oleh salah seorang syaikh. Ketika sudah masuk beliau melihat masih banyak kursi yang kosong. Ketika beliau merantau ke tanah Jawa untuk mencari ilmu, tak disangka orang yang pertama kali menyambut beliau dan menjadi guru adalah orang yang menyambut beliau dalam mimpi tersebut.
Dalam usia 10 tahun sudah mendapat khususiat dan anugerah dari Tuhan berupa Kasyaf Hissi yaitu melihat dan mendengar apa-apa yang ada di dalam atau yang terdinding. Pernah rumput-rumputan memberi salam kepada beliau dan menyebutkan manfaatnya untuk pengobatan dari beberapa penyakit, begitu pula batu-batuan dan besi.
elfan said,
Oktober 28, 2011 @ 2:04 pm
AHLUL BAIT, CELAH ANTARA SUNNI DAN SYIAH
Dlm Al Quran yang menyebut ‘ahlulbait’, rasanya ada 3 (tiga) ayat dan 3 surat.
1. QS. 11:73: Para Malaikat itu berkata: “Apakah kamu merasa heran tentang ketetapan Allah? (Itu adalah) rahmat Allah dan keberkatan-Nya, dicurahkan atas kamu, hai ahlulbait. Sesungguhnya Allah Maha Terpuji lagi Maha Pemurah”.
Ayat ini jika dikaitkan dengan ayat sebelumnya, maka makna ‘ahlulbait’ adalah terdiri dari isteri dari Nabi Ibrahim.
2. QS. 28:12: Dan Kami cegah Musa dari menyusu kepada perempuan-perempuan yang mau menyusukan(nya) sebelum itu; maka berkatalah Saudara Musa: ‘Maukahkamu aku tunjukkan kepadamu ‘ahlulbait’ yang akan memeliharanya untukmu, dan mereka dapat berlaku baik kepadanya?
Ayat ini jika dikaitkan dengan ayat sebelumnya, maka makna ‘ahlulbait’ adalah meliputi Ibu kandung Nabi Musa As. atau ya Saudara kandung Nabi Musa As.
3. QS. 33:33: “…Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu ‘ahlulbait’ dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya”.
Ayat ini jika dikaitkan dengan ayat sebelumnya QS. 33: 28, 30 dan 32, maka makna para ahlulbait adalah para isteri Nabi Muhammad SAW.
Sedangkan ditinjau dari sesudah ayat 33 yakni QS. 33:34, 37 dan 40 maka penggambaran ahlulbaitnya mencakup keluarga besar Nabi Muhammad SAW. para isteri dan anak-anak beliau.
Jika kita kaitkan dengan makna ketiga ayat di atas dan bukan hanya QS. 33:33, maka lingkup ahlul bait tersebut sifatnya menjadi universal terdiri dari:
1. Kedua orang tua Saidina Muhammad SAW, sayangnya kedua orang tua beliau ini disaat Saidina Muhammad SAW diangkat sbg ‘nabi’ dan rasul sudah meninggal terlebih dahulu.
2. Saudara kandung Saidina Muhammad SAW, tapi sayangnya saudara kandung beliau ini, tak ada karena beliau ‘anak tunggal’ dari Bapak Abdullah dengan Ibu Aminah.
3. Isteri-isteri beliau.
4. Anak-anak beliau baik perempuan maupun laki-laki. Khusus anak lelaki beliau yang berhak menurunkan ‘nasab’-nya, sayangnya tak ada yang hidup sampai anaknya dewasa, sehingga anak lelakinya tak meninggalkan keturunan.
Seandainya ada anak lelaki beliau yang berkeluarga, dan ada anak lelaki pula, wah masalah pewaris tahta ‘ahlul bait’ akan semakin seru dan hebat.
Mungkin inilah salah satu mukjizat atau hikmah, mengapa Saidina Nabi Muhammad SAW tak diberi oleh Allah SWT anak lelaki sampai usianya dewasa dan berketurunan?. Pasti, perebutan waris tahta ahlul baitnya akan semakin dahsyat.
Bagaimana tentang pewaris tahta ‘ahlul bait’ dari Bunda Fatimah?. Ya jika merujuk pada QS. 33:4-5, jelas bahwa Islam tidaklah mengambil garis nasab dari perempuan kecuali bagi Nabi Isa Al Masih yakni bin Maryam. Lalu, apakah anak-anak Bunda Fatimah dengan Saidina Ali boleh kita anggap bernasabkan kepada nasabnya Bunda Fatimah?. ya jika merujuk pada Al Quran maka anak Bunda Fatimah dengan Saidina Ali tidaklah bisa mewariskan nasab Saidina Muhammad SAW.
Kalaupun kita paksakan, bahwa anak Bunda Fatimah juga ahlul bait, karena kita mau mengambil garis dari perempuannya (Bunda Fatimah), maka untuk selanjutnya yang seharusnya pemegang waris tahta ahlul bait diambil dari anak perempuannya seperti Fatimah dan juga Zainab, bukan Hasan dan Husein sbg penerima warisnya.
Dengan demikian sistim nasab yang diterapkan itu tidan sistim nasab berzigzag, setelah nasab perempuan lalu lari atau kembali lagi ke nasab laki-laki, ya seharusnya diambil dari nasab perempuan seterusnya.
Bagaimana Saidina Ali bin Abi Thalib, anak paman Saidina Muhammad SAW, ya jika merujuk pada ayat-ayat ahlul bait pastilah beliau bukan termasuk kelompok ahlul bait. Jadi, anak Saidina Ali bin Abi Thalib baik anak lelakinya mapun perempuan, otomatis tidaklah dapat mewarisi tahta ‘ahlul bait’.
Kesimpulan dari tulisan di atas, maka pewaris tahta ‘ahlul bait’ yang terakhir hanya tinggal bunda Fatimah. Berarti anaknya Saidina Hasan dan Husein bukanlah pewaris tahta AHLUL BAIT.
Ya jika Saidina Hasan dan Husein saja bukan Ahlul Bait, pastilah anak-anaknya dan keturunan berikutnya otomatis bukan pewaris Ahlul Bait, mereka murni adalah bernasab pada Saidina Ali bin Abi Thalib.
Dengan demikian sudah waktunya kita menutup debat dan perbincangan masalah Ahlul Bait ini. Fihak-fihak baik kelompok sunni, habaib maupun kelompok syiah yang selama ini saling mengklaim bahwa mereka adalah keturunan ahlul bait itu, sebenarnya ridak ada haknya sebagai pewaris ahlul bait akibatnya telah menimbulkan peruncingan hubungan sesama Muslim.
eelobor said,
Januari 4, 2012 @ 9:37 pm
sangat banyak ilmu yang boleh di kutip di sini. namun penggunaan cahaya latar dan juga warna tulisan agak membataskan untuk membaca.